Romantis Itu.....



Romantis itu bukan perkara seorang lelaki memberikan bunga pada wanita yang disukainya.
Romantis itu bukan tentang seorang wanita menyiapkan bekal makanan untuk lelakinya.
Romantis itu bukan perkara seorang lelaki memberikan coklat di hari kasih sayang.
Romantis itu bukan tentang wanita yang rajin memberikan perhatian.

Romantis itu bukan bagaimana seorang lelaki mengantar jemput sang kekasih.
Romantis itu bukan bagaimana seorang lelaki mengucapkan "i love you" dengan penuh kasih.
Romantis itu bukan bagaimana seorang lelaki rela hujan-hujanan untuk bertemu wanita pujaannya.
Romantis itu bukan bagaimana seorang lelaki memasang display picture dang wanita di sosial media nya.

Tapi romantis itu.......

Romantis itu ketika sang ayah rela memijat kepala anaknya yang sakit.
Romantis itu ketika sang ibu rela menemani anaknya tidur.
Romantis itu ketika sang ayah rela gajinya tersisa sedikit demi keperluan anaknya.
Romantis itu ketika sang ibu rela memasak telur untuk makan anaknya.
Romantis itu ketika sang ayah rela membelikan anaknya durian ketika anaknya meminta di tengah malam.
Romantis itu ketika sang ibu rela tidak menonton acara kesayangan.

Romantis itu adalah tentang perkara bagaimana semua pengorbanan yang ayah ibu berikan pada anaknya. Pengorbanan yang keikhlasannya tak ada yang mampu menandingi.

Definisi romantis itu .......... tinggi tak terperi.

Perpisahan


Selasa, 22 juni 2010

Hari itu, aku masih mengingat dengan jelas perpisahan kami. Perpisahan aku dan Raka. Aku masih mengingat jelas pakaian yang Raka gunakan. Sweater biru dan kaos hitam. Kaos dan sweater kesayangannya. Kado dariku 3 tahun lalu. 

Hari itu, Raka pamit untuk melanjutkan studinya. Hari itu Raka benar-benar pergi meninggalkanku. Entah bagaimana aku mendeskripsikan hubunganku dengannya, tapi yang jelas aku menyayangi pria yang sejak dulu selalu disampingku. 

Hari itu, aku masih mengingat Raka sangat gelisah menunggu jadwal keberangkatannya. Berkali-kali ia melihat arloji yang ia gunakan, mungkin separuh berhaap agar waktu itu tak kunjung datang. Ah mungkin saja itu hanya harapanku.

“kamu kenapa sih gelisah banget?” aku memulai obrolan dengannya berharap dapat mencairkan suasana. Lagi-lagi Raka hanya diam menerawang sambil sesekali menghembusakan napas.

“Aku juga bingung sih, rasanya berat aja buat pergi, harus ninggalin semuanya disini.”

Dan khususnya meninggalkan kamu, Wi…….

Aku berharap kalimat itu juga terucap dari mulutnya. Tapi ternyata tidak.
“Yaudah gausah pergi aja, tinggal aja disini. Kuliah disini. Hehehe.” Aku menggodanya.
“maunya sih gitu, tapi kan demi masa depan. Demi kamu juga nyin hehehe.”
Nyin, adalah panggilannya untukku. 

Deg…
Entah apa maksud ucapannya tadi. Hanya sekedar leluconkah? Atau…..? 

Sudah, jangan berharap lagi. Aku mengingatkan diriku sendiri.

Akhirnya pemberitahuan keberangkatan Raka tedengar. Kami saling berpelukan lama sekali. Pelukan yang mewakili semua kata yang ingin tersampaikan. Tak terasa tetesan air dari mataku jatuh ke pipi. 

“Udah jangan nangis lagi nyin, aku bakal kangen banget nih sama kamu. Kamu jangan sampe pacaran sama cowok brengsek lagi ya. Klo punya pacar jangan lupa kasih tau aku.” Raka menghapus air mataku dan mengusap rambtku. Raka berusaha menenangkanku, dan juga mungkin menguatkan dirinya sendiri.
 
photo by: @judhaperwira

photo by: @judhaperwira

Akhirnya dia pergi.

Dia telah pergi.

Dia tak lagi disampingku.

Selasa, I0 maret 2015
Handphoneku bergetar, terdapat 1 notifikasi pesan singkat.
aku udah nyampe di bandara nih. Kamu di rumah kan? Aku ke rumah ya. Kangen.”

Aku tersenyum.


 *ps: buat kak judha maapkeun cuma bisa segini*

Kelu


"Kamu kapan pulang?"
"Ini sebentar lagi sayang, sabar ya."
“Baiklah, cepat ya. Aku rindu. Aku ingin makan bersamamu.”
"Iya, kamu sabar ya."

".....Cepat pulang cepat kembali jangan pergi lagi
Firasatku ingin kau tuk cepat pulang cepat kembali jangan pergi lagi....."

Ku mainkan handphoneku setelah menghubungi suamiku. Entah mengapa hari ini aku rindu sekali padanya. Mungkin hormonku lah yang memicunya.
"Sabar ya nak, sebentar lagi ayah pulang. Ibu juga rindu ayah." Ku usap-usap perutku menenangkannya.

Sudah hampir 1 jam aku menunggu. Jarum jam berpindah lama sekali sampai-sampai aku kesal dibuatnya. Hujan di luar pun tak kunjung usai, menambah kegalauan hatiku. Kantuk pun tak kunjung datang.

2 jam ........
3 jam ........
4 jam ........

Handphoneku berbunyi, dari nomor yang tak ku kenal.
"Halo."
"Halo, apakah ini dengan istri Bapak Bramasta? Kami dari kepolisian."

Tak berdaya aku mendengarkan penjelasan dari kepolisian. Mereka mengabarkan bahwa suamiku baru saja mengalami kecelakaan, dan tewas di tempat.

Suamiku yang sangat aku cintai.
Suamiku yang begitu mencintaiku.
Suamiku yang tak pernah mengeluh akan kurangku.
Suamiku yang selalu membimbingku.
Suamiku, ayah dari anakku.
Ya, anakku.
Seketika aku teringat anak yang ada dalam perutku.
Aku pun menangis begitu pilu. Hatiku pun kelu.

".....Akupun sadari kau takkan kembali, lagi......"


*terinspirasi dari lagu Firasat - Marcell*

Cinta Dalam Diam



 Ia sedang memandangi wanita itu dari kejauhan. Ya, ia berada di perpustakaan dan wanita pujaannya sedang berada di tengah lapangan, tengah bersenda gurau dengan sahabatnya. Wanita itu telah sejak 2 tahun lalu dia kagumi, sejak hari pendaftaran masuk sekolah dimana pertama kalinya ia bertemu dengan wanita itu. Ia jatuh cinta padanya, jatuh cinta diam-diam, jatuh cinta yang hanya dia sendiri yang merasakan. Sang wanita begitu sempurna, sehingga ia tidak memiliki keberanian bahkan hanya untuk melihat ke dalam matanya. Selama 2 tahun ia rajin sekali memandanginya dari kejauhan, ia hanya bisa terdiam jika wanita yang dicintainya sedang bersama dengan pria yang wanita itu sebut sebagai kekasih. Cukuplah hanya sebatas mencintai dalam diam saja, ia berpikir. Cukuplah hanya memandangnya dari kejauhan seperti ini, dari senyap hatinya, dari tulus perasaannya. Ia merasa tak pantas untuk berharap bahwa suatu saat sang wanita mengetahui isi hatinya, apalagi sampai kurang ajar berharap bahwa wanita itu akan membalas perasaannya. Ia hanya seorang yang aneh, yang bukan siapa-siapa, yang tidak pantas dijatuh-cintakan. Ia selayaknya punguk yang mencintai wanita yang ia anggap seorang bidadari, yang bahkan sayapnya saja tak pantas ia kagumi.

Sering ia berharap, juga dalam diam, bahwa ia menjadi orang lain. Seseorang yang sempurna, yang bisa bersanding dengan sang wanita. Tapi ia mengerti, sekali lagi, bahwa ia hanya seseorang yang aneh. Tak akan sampai kapanpun menjadi pangeran berkuda putih atau malaikat bersayap sehingga pantas untuk sang bidadari.

Cintanya selamanya akan terus bertumbuh. Kagumnya akan terus berkembang. Rindunya pun akan senantiasa membuncah. Tapi semuanya akan ia lakukan dalam diam. Karena ia tahu, ia hanya seseorang yang aneh.


Couldn't look you in the eye 

You're just like an angel

Your skin makes me cry

You float like a feather

In a beautiful world

I wish I was special

You're so fucking special



 But I'm a creep

I'm a weirdo

What the hell am I doing here?

I don't belong here



I don't care if it hurts

I wanna have control

I want a perfect body

I want a perfect soul

I want you to notice

When I'm not around

You're so fucking special

I wish I was special


*terinspirasi dari lirik creep - radiohead*