Bagimu hidup hanya perlombaan.
Hanya tentang kalah dan menang.
Bagimu hidup hanya mengenai memiliki dan tidak memiliki.
Hanya diantara dua pilihan itu.
Bagimu hidup hanya antara ya dan tidak.
Bagimu hidup hanya sebatas perasaanmu, tidak pernah memikirkan perasaan orang lain.
Tidak pernah merasakan keberadaan orang lain.
Bagimu hidup hanya tentang kepuasanmu atas pencapaian yang kau dapatkan.
Bagimu hidup hanya tentang dirimu sendiri.
Mengenai dirimu dan semua tentangmu.
#GoWithThePict "Kehilangan"
"Jangan pernah merasa kehilangan, karena sejatinya kita tidak pernah memiliki." |
"Kamu sedang apa?"
"Makan."
Semakin
sedikit saja balasanmu kali ini. Apakah ini pertanda untukku agar segera pergi?
Kamu
berubah. Tak lagi ramah. Tak lagi berusaha menghidupkan pembicaraan. Tak lagi
berusaha membangun candaan.
Sering
aku bertanya apa yang terjadi denganmu, yang akhirnya sering juga kau jawab
dengan kalimat "aku tidak apa-apa. Aku baik-baik saja."
Aku
kehilangan. Aku kehilangan sosok yang selalu mencemaskanku. Aku kehilangan
sesorang yang selalu melindungiku. Aku kehilangan kamu yang (mungkin)
mencintaiku.
Aku
begitu kehilangan sampai membuatku tersadar aku tidak pernah kehilangan, karena
sejatinya aku tidak pernah memiliki.
#NewProject #GoWithThePict "Aku mencintaimu sendiri"
Jadi gini *ehm* saya punya kakak kelas di SMA dulu yang hobi motret. Toy photograpy gitu deh katanya haha. Kebetulan fotonya selalu berseri gitu, jadi di dalam foto terdapat kisah yang ingin diceritakan. Nah suatu hari saya iseng ngetweet "Coba hitung berapa waktu yang kamu sia-siakan demi menunggu seseorang yang bahkan tidak tahu bahwa dirinya sedang ditunggu? #SoalUN" seru-seruan ikutan hashtag #SoalUN :D yang kemudian kak judha mensyen "boleh nih kata2nya buat ide foto." Nah dari situlah kemudian kak judha lanjut meminta untuk dibuatkan beberapa kata-kata mengenai "menunggu" dan "cinta dalam diam". Terciptalah beberapa kalimat. Hingga akhirnya kak judha lapor bahwa semua foto sudah selesai dibuat. Kepikiran akhirnya kenapa gak dibuat cerita aja? Teringat postingan di Tumblr yang mengadakan project menulis #GoWithThePict yang menuntut kita menceritakan sebuah kisah dari sebuah foto atau gambar. Karena untuk menulis kan tidak selalu ada inspirasi. Tidak selamanya kita tahu apa yang ingin kita tulis. Karena sedang menganggur ya mengapa tidak dicoba sambil iseng-iseng. Sampai jadilah sebuah cerita ini.
Selamat membaca ^^
......................................................................................................................................................................
- Mikasa
-
Aku
hobi membaca. Menurutku membaca dapat membawaku kemana pun aku ingin pergi.
Membawaku ke waktu kapan pun yang ingin aku datangi.
Aku
terbiasa membaca di taman dekat rumahku, dan akhir-akhir ini ada yang lebih
menarik perhatianku daripada buku. Dia sering duduk di bangku yang aku tempati.
Lalu akhirnya aku sadari, aku telah jatuh hati.
Lelaki
yang bahkan aku tak tahu siapa namanya. Sekarang alasanku ke taman bukan lagi
untuk membaca, melainkan untuk hanya sekedar bertemu dengannya, berharap
bertegur sapa. Tapi aku hanya bisa berharap. Tak lebih.
"Bahkan dalam diamku, aku selalu mengharapmu." - Mikasa |
Segala
cara sudah kulakukan agar dia mau memulai pembicaraan. Karena jika aku yang
memulai sepertinya mustahil.
Aku
sudah berpura-pura meninggalkan bukuku agar dia bisa mengembalikannya padaku.
Tapi hasilnya nihil. Dia sama sekali tidak menghiraukannya. Dia tak acuh. Dia
tak peduli. Mungkin memang dia tak tertarik padaku.
Sudah
hampir setahun ini aku selalu duduk di sampingnya. Membaca dan terus membaca
sambil berharap suatu saat dia akan mulai menyapa. Tapi akhirnya aku pun
menyadari, apakah akan selamanya seperti ini? Selamanya hanya menunggu.
Menunggu ia yang tak mungkin datang.
"Akan ada saatnya nanti kamu akan menyadari, bahwa seseorang yang layak ditunggu tidak akan membuatmu menunggu." - Mikasa |
......................................................................................................................................................................
- Woody -
Aku
baru saja pindah ke kota tempat kelahiranku dulu. Aku dibesarkan di kota ini
sampai usiaku 5 tahun, sampai kami pindah dikarenakan ayah kena phk.
Hari
itu aku sedang berjalan-jalan di taman tempatku dulu dibesarkan. Hingga ada
seseorang yang menarik perhatianku. Seseorang yang sangat manis sedang membaca
buku. Seseorang yang hanya dengan pandangan pertama saja membuatku jatuh cinta.
"Aku mencintaimu sendiri. Aku mencintaimu tanpa pernah kamu sadari." - Woody |
Semenjak
hari itu aku sering mendatangi taman sambil duduk di sampingnya. Tapi hanya
itu, hanya itu yang mampu aku lakukan. Aku tak memiliki kepercayaan diri untuk
memulai perkenalan dan mengajaknya berbincang.
"Bahkan dalam diamku, aku berharap kamu menyadari perasaanku." - Woody |
Segala
cara sudah kulakukan agar dia mau memulai pembicaraan. Karena jika aku yang
memulai sepertinya mustahil.
Aku
sudah berpura-pura meninggalkan sesuatu agar dia bisa mengembalikannya padaku.
Tapi hasilnya nihil. Dia sama sekali tidak menghiraukannya. Dia tak acuh. Dia
tak peduli. Mungkin memang dia tak tertarik padaku.
"Menunggu itu melelahkan. Terlebih menunggu yang kita tahu tak pasti." - Woody |
Sudah
hampir setahun ini aku selalu duduk di sampingnya. Sambil terus berusaha
memikirkan bagaimana caranya menyapa, tapi tak pernah bisa aku lakukan. Dan
akhirnya aku pun menyadari, apakah akan selamanya seperti ini? Selamanya hanya
menunggu. Menunggu ia yang tak mungkin datang.
....................................................................................................................................................................
- Mikasa
& Woody -
Akhirnya
aku menyerah. Menyerah menunggunya. Menunggu dia yang tak akan datang. Menunggu
dia yang tak tahu bahwa ada seseorang yang sedang menunggunya.
....................................................................................................................................................................
- Woody -
*10
tahun kemudian*
Ternyata
banyak yang telah berubah dari taman ini. Hanya 1 hal yang tak berubah, bangku
tempatku dulu selalu duduk berdampingan dengannya. Dengan gadis pembaca buku.
Begitulah aku menyebutnya. Gadis yang bahkan sampai sekarang tak pernah mampu
aku lupakan. Hingga saat ini. Setelah 10 tahun keputusanku untuk tak lagi
menunggunya.
"Aku
tak pernah pergi pun tidak menghilang. Aku selalu disini. Hanya saja kau yang
tak pernah datang." - Woody |
"Coba hitung berapa waktu yang telah kau sia-siakan demi menunggu seseorang yang bahkan tidak tahu bahwa dirinya sedang ditunggu" - Mikasa |
Photo by : Judha Perwira
Story by : Evi Mardiani
I Can't Sleep Without You
Ya. Judul diatas sangat picisan sekali
*jangan tanya saya apa arti dari kata picisan karena sesungguhnya saya pun tidak tahu :|*
Saya punya beberapa kebiasaan buruk. Salah satu diantaranya adalah saya tidak akan bisa tertidur tanpa ada orang yang menemani saya tidur. Literally benar-benar menemani saya tidur, di samping saya.
Ya saya akui, dengan umur yang sudah beranjak dewasa gak rela disebut tua saya masih tidak bisa tidur sendiri. Selama ini saya tidur bersama ibu saya. Ayah saya? Beliau tidur sendiri. Jangan tanyakan hal-hal yang lebih jauh lagi :|
Bagaimana bila saya tidur sendiri? Apa yang akan terjadi?
Saya tidak akan bisa tidur. Hingga pagi.
Entah sejak kapan dan bagaimana kebiasaan buruk ini bermula. Saya pun lelah memiliki kebiasaan ini.
Jangan salah, tidak bisa tidur sampai pagi tapi sebenarnya ingin tidur itu melelahkan, bikin capek sendiri.
Pernah beberapa kali ketika saya kuliah semester 5 atau 6 saya bisa tidur sendiri, di kosan. Tapi hanya 2 atau 3x, sisanya? Saya akan memaksa teman kosan di kamar lain untuk 'mengungsi' ke kamar saya, menemani saya tidur.
Merekalah yang harus pindah ke kamar saya, bukan saya yang pindah ke kamar mereka. Saya manja? Saya pemaksa? Ya memang. Hahaha.
Pernah beberapa bulan lalu, kebetulan ibu saya menginap di rumah nenek. Saya meyakinkan dan memaksakan diri bahwa saya harus bisa tidur sendiri malam itu. Di rumah tetap ada ayah saya.
1 jam
2 jam
3 jam berlalu
Tetapi tetap mata saya sulit untuk terpejam.
Sampai akhirnya saya menyerah, saya tidak bisa tidur tapi saya ingin tidur. Mengajak ayah saya untuk tidur di kamar saya merupakan sesuatu yang mustahil.
Dan apa yang saya lakukan? Saya memberanikan diri keluar rumah membangunkan tetangga saya untuk menginap di rumah saya, menemani saya tidur.
Jam 1 pagi.
Entah apa yang saya lakukan saat itu -_-
Terlepas ini kebiasaan buruk atau penyakit atau apapun itu, saya ingin bebas dari kebiasaan buruk ini.
Saya ingin seperti orang lain yang bisa tidur sendiri, tanpa harus ditemani.
Saya ingin seperti orang normal lainnya.
Somebody help me!
Salam hangat dari epi yang masih belum bisa tidur karena mamih belum juga ke kamar.
Bye.