Selasa,
22 juni 2010
Hari itu, aku masih mengingat dengan
jelas perpisahan kami. Perpisahan aku dan Raka. Aku masih mengingat jelas
pakaian yang Raka gunakan. Sweater biru dan kaos hitam. Kaos dan sweater kesayangannya.
Kado dariku 3 tahun lalu.
Hari itu, Raka pamit untuk melanjutkan
studinya. Hari itu Raka benar-benar pergi meninggalkanku. Entah bagaimana aku
mendeskripsikan hubunganku dengannya, tapi yang jelas aku menyayangi pria yang
sejak dulu selalu disampingku.
Hari itu, aku masih mengingat Raka
sangat gelisah menunggu jadwal keberangkatannya. Berkali-kali ia melihat arloji
yang ia gunakan, mungkin separuh berhaap agar waktu itu tak kunjung datang. Ah mungkin
saja itu hanya harapanku.
“kamu kenapa sih gelisah banget?” aku
memulai obrolan dengannya berharap dapat mencairkan suasana. Lagi-lagi Raka hanya
diam menerawang sambil sesekali menghembusakan napas.
“Aku juga bingung sih, rasanya berat
aja buat pergi, harus ninggalin semuanya disini.”
Dan
khususnya meninggalkan kamu, Wi…….
Aku berharap kalimat itu juga terucap
dari mulutnya. Tapi ternyata tidak.
“Yaudah gausah pergi aja, tinggal
aja disini. Kuliah disini. Hehehe.” Aku menggodanya.
“maunya sih gitu, tapi kan demi masa
depan. Demi kamu juga nyin hehehe.”
Nyin, adalah panggilannya untukku.
Deg…
Entah apa maksud ucapannya tadi. Hanya
sekedar leluconkah? Atau…..?
Sudah,
jangan berharap lagi. Aku
mengingatkan diriku sendiri.
Akhirnya pemberitahuan keberangkatan
Raka tedengar. Kami saling berpelukan lama sekali. Pelukan yang mewakili semua
kata yang ingin tersampaikan. Tak terasa tetesan air dari mataku jatuh ke pipi.
“Udah jangan nangis lagi nyin, aku
bakal kangen banget nih sama kamu. Kamu jangan sampe pacaran sama cowok brengsek
lagi ya. Klo punya pacar jangan lupa kasih tau aku.” Raka menghapus air mataku
dan mengusap rambtku. Raka berusaha menenangkanku, dan juga mungkin menguatkan
dirinya sendiri.
photo by: @judhaperwira |
Akhirnya dia pergi.
Dia telah pergi.
Dia tak lagi disampingku.
Selasa,
I0 maret 2015
Handphoneku bergetar, terdapat 1 notifikasi
pesan singkat.
“aku
udah nyampe di bandara nih. Kamu di rumah kan? Aku ke rumah ya. Kangen.”
Aku tersenyum.
*ps: buat kak judha maapkeun cuma bisa segini*
0 comments:
Post a Comment