Ai~ cinta tak pernah lelah menunggu |
SEI
Aku mencintai Ai tidak tahu sejak kapan. Mungkin sejak pertama kali dia menggenggam tanganku. Aku tidak tahu kenapa dan tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya dengan caraku sendiri.
Aku mencintai Ai tidak tahu sejak kapan. Mungkin sejak pertama kali dia menggenggam tanganku. Aku tidak tahu kenapa dan tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya dengan caraku sendiri.
“Sei." Shin
tampak seperti ingin mengucapkan sesuatu tapi ragu-ragu.
"Apakah kamu
mencintai Ai?" Aku sudah menduga dia akan bertanya begitu. Selama ini
setiap laki-laki yang mendekati Ai selalu menganggapku sebagai saingan. Seseorang
yang perlu disingkirkan, tapi Shin berbeda. Aku menghargainya.
"Suka?"
"Suka? Seperti aku menyukainya." Lanjut Shin dengan lugas seolah-olah perasaannya pada Ai begitu transparan sehingga semua orang mengetahuinya.
"Suka? Seperti aku menyukainya." Lanjut Shin dengan lugas seolah-olah perasaannya pada Ai begitu transparan sehingga semua orang mengetahuinya.
Aku menghela napas
dan menjawab dengan jujur "Aku menyayanginya."
Shin mengerutkan alis
"seperti adik? Seperti teman?"
Entahlah, aku tidak
pernah menemukan deskripsi yang tepat untuk menjelaskan rasa sayangku pada Ai. Dibalik
sifatnya yang ceria, ada bagian dari dirinya yang rapuh membuatku ingin
menjaganya. Tapi aku memandang Shin dan merasa dia dapat membuat Ai bahagia. Mungkin
dia adalah definisi cinta yang lain, yang memberi kebebasan, yang tidak perlu
memaksa Ai memilih.
"Sayang. Sayang
seperti aku akan memukulmu jika membuat Ai menangis."
Shin tertawa tampak
lega "kau tau Sei, kita bertiga akan selalu berteman."
"Tentu saja."
Aku setuju.
Shin menepuk pundakku
dan berlalu mencari Ai. Diam-diam aku mengikuti mereka. Ai yang berjalan
terseok-seok disamping Shin yang mengikuti langkahnya dengan sabar. Mereka
berdua berdiri di tepi laut menatap laut dalam diam. Aku tidak mendengar apa
yang Shin katakan pada Ai, aku hanya memandang siluet tubuh mereka berdua dalam
gelap. Tak lama kemudian Ai menunduk dan Shin melingkarkan lengannya di pundak Ai
yang kecil dan menariknya ke dalam pelukannya.
aku mengerti.
aku mengerti.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
AI
Aku bersahabat dengan Sei sejak kami masih sangat kecil. Saat mulai tumbuh remaja gadis-gadis mulai mengejarnya. Entah bagaimana aku pun jatuh cinta kepadanya, tapi aku memilih untuk menyimpannya. Aku memiliki alasan sendiri.
Alasan pertama, aku
dan Sei memiliki hubungan yang kompleks. Aku tidak bisa menjelaskannya, aku
merasa nyaman bersamanya. Karenanya hubungan kami apa adanya lebih dari cukup
dan aku tidak ingin merusaknya. Aku tidak mau menjadi canggung di depan satu
sama lain.
Alasan kedua , Sei
tidak pernah membalas ungkapan cinta yang datang padanya. Satu per satu
ditolaknya dengan tenang. Aku tahu bagaimana dia melakukannya karena aku pernah
melihatnya menolak seorang gadis.
Alasan ketiga dan
terakhir adalah jawaban dari sebuah percakapan di suatu sore saat kami berdua
duduk memandang laut. Saat aku akhirnya memberanikan diri bertanya pada Sei.
"Bagaimana
perasaanmu saat menolak gadis-gadis itu?"
"Aku tidak bisa
membalas perasaan mereka."
"Kenapa? Kau
menyukai seseorang?"
Sei menggeleng dan
hatiku mengempis. "Sei tidak sadarkah kau bahwa separuh murid perempuan di
sekolah jatuh cinta padamu?" Kataku tidak sabar.
Aku ingat waktu itu Sei
berbaring di atas pasir dengan mata terpejam. Aku ikut berbaring di sampingnya
merasakan hangat pasir di kulitku.
"Bagaimana jika
aku yang mengungkapkan cinta padamu?" Aku mencoba bercanda tapi hatiku
berdebar tak karuan. Sei masih memejamkan mata, tangannya perlahan menggenggam
tanganku.
"Hmm, aku bisa
dibunuh oleh penggemar-penggemarmu. Tidak sadarkah kau bahwa separuh murid
lelaki di sekolah jatuh cinta padamu?" Guraunya untuk membalasku.
Aku tahu dia bercanda,
tapi aku kecewa mendengarnya.
Sei akhirnya membuka
mata dan menghadapku "Suatu saat kau pasti jatuh cinta pada seorang dan
ketika saat itu tiba jika lelaki itu melukaimu aku akan menghajarnya."
Aku mencoba tertawa
tapi ujung mataku panas oleh air mata. Aku menganggap kalimat tadi sebagai
penolakan. Aku bertepuk sebelah tangan. Lalu datanglah Shin memasuki limgkaran
persahabatan kami berdua. Bersama Shin entah kenapa aku merasa seperti dicintai
dan mencintai.
♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥♥
~Cinta
seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat tiba-tiba kau
baru sadar cinta menyergapmu tanpa peringatan. Dan cinta tak pernah lelah
menunggu.~
0 comments:
Post a Comment